Lubang biopori. Sumber gambar: Kompas.com
Saat ini, kondisi tanah semakin lama semakin memburuk. Indonesia yang dulu terkenal sebagai negara yang subur, kini kita bisa melihat banyaknya lahan yang semakin sulit untuk ditanami. Meskipun bisa untuk ditanam, proses pertumbuhan untuk tanaman pastinya sangat sulit. Setelah mendapatkan sebuah informasi mengenai biopori, saya sedikit mengetahui akhirnya, bagaimana caranya untuk menyuburkan Tanah dan bagaimana Tanah bisa berkurang kesuburannya.
Tanah yang subur memiliki ciri-ciri yang mudah kita tentukan. Tumbuhan bisa tumbuh dengan bagus, warna Tanah yang sedikit gelap adalah suatu indikasi bahwa Tanah itu terdapat banyak kandungan organiknya. Memang sulit bagi orang awam pada umumnya untuk menentukan Tanah yang subur atau tidaknya. Salah satu metode yang mudah untuk menentukan Tanah itu subur atau tidak adalah pada saat pergantian musim.
Apabila pada musim hujan Tanah tidak bisa menyerap air atau yang paling mudah adalah air menggenang, dan pada saat musim kemarau Tanah terlihat tandus, hal itu mengidikasikan Tanah tidaklah subur. Hal ini terjadi karena unsur hara dan organisme dalam Tanah tidak ada ataupun hanya sedikit. Hal ini juga mengakibatkan Tanah merasa "lapar" akan makanan. Tentu saja Tanah juga memerlukan makanan yang berupa zat-zat organik.
Zat-zat organik sendiri adalah zat yang diperoleh dari makhluk hidup secara langsung. Seperti yang pada umumnya diketahui, siklus karbon adalah contoh yang sederhana. Karbon (C) dapat diperoleh dari sisa-sisa tanaman, kotoran makhluk hidup, dll yang masih dicap sebagai bahan organik dapat digunakan untuk menyuburkan Tanah dan pastinya dapat memberikan makanan bagi Tanah.
Memang kebanyakan dari kita menganggap hal ini sepele, kita justru hanya membuangnya begitu saja atau cenderung membakar bahan-bahan yang sangat berguna ini. Asal kita tahu bahwa seperti membakar sisa-sisa tanaman contohnya dapat bahan karbon terbang begitu saja ke udara, membuat pengerasan Tanah, dan menyebabkan abu-abu sisa pembakaran menjadi suatu zat yang sulit untuk diuraikan oleh Tanah.
Ada kalanya kita sebagai manusia untuk kembali baik kepada alam. Bagaimana caranya? yaitu dengan cara membuat lubang biopori. Lubang biopori adalah lubang yang digunakan untuk memberikan makanan bagi Tanah dan organisme dalam Tanah. Kesuburan Tanah pun dijamin akar terjaga dan bisa lebih subur lagi. Berikut ini adalah gambar contoh dari lubang biori.
Sumber: ayo-jagabumi.blogspot.com
Sederhana namun sangat berguna sekali. Kita hanya membuat lubang sedalam 80-100 cm dengan diameter kurang lebih 10-30 cm. Memang sedikit merepotkan, namun kita bisa mengatasinya dengan bersama-sama membuat lubang ini dalam jumah yang banyak. Kemudia, kita hanya memasukkannya dengan daun-daun tanaman (akan lebih baik apabila berasal dari tanaman kacang-kacangan), buah-buahan yang sudah tidak kita konsumsi, dll yang masih berbau dengan kata organik. Hanya tinggal memasukkan dan selesailah tugas kita.
Tanah akan subur kembali dengan salah satu dari banyak cara ini. Sederhana namun sangat berguna. Satu kelebihan lagi dari penggunaan dari lubang biopori ini adalah pada saat musim hujan, kita dapat terhindar dari musibah banjir. Hal ini dikarenakan air-air akan masuk ke dalam lubang biopori dalam jumlah yang cukup dan disitu pula Tanah-Tanah dapat dengan mudah menyerap air. Sehingga Tanah dapat menampung air-air dan dapat menghindarkan kita dari banjir.
Solusi ini memang sudah lama digalakkan, namun apa salahnya kita melakukan ini dimanapun kita berada. Tanah subur adalah idaman kita, lahan semakin hijau, semakin bersih udara kita, jauh dari segala musibah banjir, organisme Tanah semakin "bahagia" di dalamnya, dan secara tidak langsung kita telah belajar menghargai alam yang telah memberikan kita kehidupan seperti ini.
Hal sederhana dan terlihat kecil memang tidak ada apa-apanya bagi banyak orang. Namun, apabila hal ini dikerjakan oleh satu orang, satu orang ini bisa menyelamatkan hidup banyak orang. Hal kecil akan meledak menjadi suatu hal yang besar. Salinglah menghargai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar